SERAT NANAS SABRANG – POTENSI BAHAN BAKU KOMPOSIT DARI HUTAN KULON PROGO

Serat agave cantula roxb.atau yang biasa kita sebut dengan nama serat nanas biasa digunakan untuk bahan baku kerajinan tas, dompet, kuas, tali, sapu dan lain-lain. Kerajinan dari serat ini sudah menjadi salah satu aset unggulan dari propinsi DIY dan kabupaten Kulon Progo pada umumnya. Bahkan sudah ada yang diekspor ke manca negara dan menjadi salah satu langganan merk tas terkenal.
Sebenarnya ada salah satu potensi yang bisa dikembangkan dari produksi serat nanas ini selain sebagai bahan kerajinan. Potensi ini adalah dengan menggunakannya sebagai bahan baku komposit pengganti serat gelas atau fiber glass, yang telah banyak digunakan dalam kehidupan kita. Seperti pada kursi bis, dashboard, dinding kereta api dan lain-lain.
Tanaman serat yang banyak terdapat di hutan-hutan Kulon Progo ini, menurut penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Indusri Deperindag Yogyakarta memiliki kandungan serat celulose 64,23 %, moisture 13,13%, ash 4,98%, lignin 5,91%, extractives 1,1%. Dengan kandungan selulose diatas 50 %, maka tanaman yang bisa tumbuh di daerah kurang air ini, bisa digunakan sebagai bahan baku komposit seperti serat kenaf, jute, sisal dan flax yang telah dikembangkan di beberapa negara Eropa dan Amerika.
Menurut Kurruvila Joseph (1995) serat alam seperti halnya serat nanas sabrang ini memiliki sifat kuat, kaku, ringan (mempunyai berat rata-rata 40% lebih ringan daripada serat gelas), berlimpah, non abrasive, tidak beracun, murah, dapat diperbaharui dan biaya produksinyapun rendah. Hal ini jelas sangat bertolak belakang dengan bahan fiber glass yang sangat tidak ramah lingkungan.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa kekuatan menahan tarikan (kekuatan tarik) rata-rata serat nanas sabrang ini pada kondisi alami adalah 278 Mpa, berarti kekuatan serat ini sudah setara dengan besi cor kelabu (kekuatan besi cor kelabu 250 Mpa) bahkan lebih.